Bab 12
Mariadi belajar kedokteran sejak usia dini. Dia memiliki pengetahuan yang baik tentang pengobatan tradisional dan barat. Dia tidak hanya menjabat sebagai kepala Rumah Sakit Terafiliasi, tetapi dia juga merupakan seorang profesor yang ditunjuk secara khusus di Universitas Kedokteran Indonesia. Ilmunya lebih tinggi dibandingkan dengan orang biasa. Saat ini, dia menatap Umaya yang tengah menggunakan teknik bekam empat elemen yang telah lama hilang hampir ribuan tahun lamanya. Mariadi tampak bersemangat melihat hal tersebut. Namun, dia juga memiliki beberapa keraguan dalam hati. Dia tidak tahu seberapa kredibel Umaya. Sepertinya semuanya akan diputuskan saat Iriana telah pulih kembali. Untuk sesaat Mariadi menunggu dengan tidak sabar.
Di sisi lain, setelah dr. Olivia menyaksikan kepala rumah sakit yang tampak bersemangat tersebut, dia tetap tidak menganggap ini serius. Dia telah belajar di luar negeri sejak dia masih kecil, sehingga dia sangat percaya dengan hasil pemeriksaan yang ditunjukkan oleh peralatan medis modern dan dia tidak percaya dengan kata-kata yang diucapkan oleh Umaya.
Untuk sementara, baik di dalam maupun di luar klinik tampak sepi dan hanya menunggu Ira serta Iriana kembali.
Hanya Umaya yang mengambil kursi dengan ekspresi santai dan duduk bersila.
"Huh, Iriana telah menderita pendarahan selama lebih dari dua atau tiga bulan. Memang begitu mudahnya untuk berhenti? Sebentar lagi kamu akan melihatnya dengan baik." Olivia menatap Umaya dengan marah sembari bergumam sendiri.
Akhirnya, Ira membawa putrinya Iriana kembali ke ruang konsultasi.
"Dok, dok, pendarahan Iriana benar-benar berhenti, dr. Umaya, kamu adalah dewa." Begitu masuk Ira sudah menangis bahagia.
"Apa?" Semua raut wajah orang-orang telah berubah kecuali Umaya.
Terlebih lagi Olivia, dia langsung menarik Iriana untuk berbaring di ranjang dalam dan mulai memeriksa.
Tiga menit kemudian, Olivia keluar dengan raut wajah terkejut.
Kerumunan orang itu sudah tahu hasilnya hanya dengan melihat raut wajah Olivia saja.
"Astaga, ternyata dia benar-benar menghentikan pendarahannya?"
"Tidak mungkin lah? Baru berapa lama, sudah menghentikan pendarahan?"
"Apakah pengobatan tradisional itu benar-benar efektif?"
Sulit bagi semua orang untuk mengungkapkan keheranan mereka. Mereka semua memandang Umaya. Pandangan mata Mariadi begitu panas hingga hampir melelehkan Umaya.
Umaya tersenyum dan berkata pada Olivia, "dr. Olivia, bagaimana? Masih harus berdiskusi denganku apa itu ilmu pengetahuan?"
"Ini ...." Olivia benar-benar tidak bisa berkata-kata di hadapan fakta ini. Di hadapan banyak pasiennya sendiri, dia kehilangan banyak muka. Air mata menggenang di sepasang mata besar Olivia yang tidak bisa ditahan.
"Hehehe, dr. Olivia, pengobatan tradisional adalah suatu hal yang telah diwariskan oleh para leluhur kita selama ribuan tahun lamanya. Jangan mudah menggunakan apa yang disebut ilmu pengetahuan untuk menyangkalnya." kata Umaya. Setelah itu, dia meninggalkan ruang konsultasi Olivia dan pergi bersama Kuncara dan yang lainnya.
"dr. Umaya, tunggu." Kepala rumah sakit, Mariadi, bergegas mengejar Umaya dalam beberapa langkah. Ekspresinya tampak bersemangat dan dia tidak tahu harus berkata apa untuk sesaat.
"Kamu ingin tahu tentang teknik bekam empat elemen?" Umaya tidak tahu apa yang dipikirkan Mariadi, sehingga dia bertanya sembari tersenyum.
"Benar," kata Mariadi mengangguk dengan penuh semangat. Tampilannya sungguh-sungguh seperti siswa yang berpikiran terbuka.
"Ya, aku tidak menyangka bertemu denganmu di sini yang terobsesi dengan pengobatan tradisional. Kamu memiliki pengetahuan yang layak, Pusat Pengobatan Tradisional Wawasan, Jalan Parakan Resik, aku akan menunggumu." Kata Umaya pada Mariadi sembari tersenyum, lalu berbalik dan pergi.
Hanya saja Umaya memang benar-benar membuat orang-orang di sekitarnya menjadi sangat terkejut. Kepala rumah sakit selalu sangat dihormati dan kemana pun selalu ada orang meminta nasehat dan pengajaran padanya. Kapan pernah melihat seseorang memperlakukannya seperti ini? Dokter ahli pengobatan tradisional ini terlalu menarik, bukan?
Namun, di sisi lain, Mariadi tetap bahagia dan bersemangat seperti anak kecil, dia terus bergumam pada dirinya sendiri, "Dalam hidupku ini, kalau aku bisa mempelajari teknik bekam empat elemen, aku tidak akan menyesal!"
Umaya dan rombongannya kembali ke Pusat Pengobatan Tradisional Wawasan. Begitu mereka masuk ke dalam, Iriana mencengkeram lengan dan berkata, "dr. Umaya, terima kasih telah menyelamatkanku dan keluargaku. Kalau hari ini tidak ada kamu, aku akan menghabiskan sisa hidupku dalam sakitnya kemoterapi dan hidup ini akan berakhir."
Di samping, Ira juga meneteskan air mata. Dia meraih tangan Umaya dan mengucapkan terima kasih berulang kali, "dr. Umaya, terima kasih, kamu adalah penolong keluarga kami."
"Tidak perlu sungkan. Aku akan memberimu beberapa obat tradisional lagi nanti dan kamu akan baik-baik saja setelah kamu memakannya." kata Umaya sembari tersenyum.
Satu demi satu, tetapi kurang dari satu jam, jarum perak Umaya, telah benar-benar mengubah nasib seseorang.
Ira dan Iriana pergi dengan membawa obat tradisional dan Umaya juga melemparkan dirinya ke dalam pekerjaan.
Namun, baru saja dia memeriksa beberapa pasien, Umaya mendengar suara langkah kaki yang berasal dari sepatu hak tinggi menghantam tanah dan memasuki klinik.
Umaya menengadah, namun tak kuasa melihat cahaya terang di depan matanya. Seorang wanita tinggi cantik berkacamata berbingkai hitam berdiri di depan meja, dia menatap Umaya dengan dingin. Usianya sekitar tiga puluh tahun, terlihat akrab.
"Nona, tolong daftar dan antre di sini untuk menemui dokter!” Kuncara berlari dengan beban yang berat dan menyapa dengan hangat.
"Aku tidak ingin menemui dokter!" Nona itu mendengus dengan dingin.
Hanya saja begitu suara itu terdengar, Umaya dan Kuncara sungguh sangat terkejut.
"dr. Olivia?" Kuncara berteriak.
Umaya sungguh tidak menyangka karena saat Olivia berada di Rumah Sakit Terafiliasi tadi, dia berpakaian lengkap dan memakai masker besar sepanjang waktu. Kecantikannya luar biasa, tentunya kalau raut wajahnya tidak terlalu dingin akan lebih enak dipandang.
"Kenapa? dr. Olivia benar-benar mengejarku dan ingin menyembah aku sebagai guru?" Umaya minum seteguk teh dan tersenyum.
"Jangan mimpi!" Olivia mengerutkan keningnya dan bersandar pada Umaya.
Di bawah kerah bajunya ada lekukan yang dalam, menusuk mata Umaya. Umaya meliriknya, tersenyum dan tidak berbicara.
Memang bisa dimaklumi kalau mereka tidak senang ketika lari ke wilayahnya dan merusak bisnisnya di depan pasiennya.
Olivia secara sensitif menyadari tatapan Umaya dan buru-buru mengulurkan tangannya untuk menutupi garis lehernya. Dia berdiri tegak, menggerakkan sudut mulutnya dan berkata dengan mencibir, "Kalau kamu menginginkanku dan aku akan bersamamu, itu tidak mungkin."
"Oh? Mungkinkah kamu ingin memperlakukan aku dengan cara yang sama seperti tadi dan berdemonstrasi di tempat ini? Tetapi, sayang sekali tempatku penuh dengan paman dan bibi. Masalah kebidanan dan kandungan benar-benar tidak banyak terjadi di sini." kata Umaya sembari tersenyum.
Olivia sangat marah sampai sudut mulutnya berkedut. Dadanya yang tinggi naik turun, sangat berdampak secara visual. Namun, dia akhirnya menarik napas dalam-dalam dan memaksa dirinya untuk menahan amarahnya. Olivia menyeringai, "Aku tidak perlu bersusah payah untuk menunjukkannya sendiri. Aku punya sebuah kasus. Selama kamu bisa menyembuhkannya, aku akan sepenuhnya mematuhimu dan menerimamu sebagai guruku."
