Bab 6
"Pak Tua, bagaimana kamu bisa mengatakan seperti itu, semua yang pengobatan barat bisa atasi, pengobatan tradisional pun juga bisa mengatasinya. Pengobatan barat tidak dapat mengasatai, pengobatan tradisional tetap masih bisa mengatasinya!" Suara Umaya tidak besar, tapi tegas.
"Anak muda, perkataanmu ini sedikit ada benarnya, yah, yah, di sana ada Bapak Hasim, kakinya tiba-tiba sakit, dokter barat mengatakan ada otrofi otot (kondisi otot menyusut dan menyempit), tidak bisa disembuhkan. Jika seperti itu, apakah pengobatan tradisional bisa menyembuhkan?" Seorang pria tua menunjuk pria tua lain yang duduk di kursi roda dan berkata kepada Umaya.
"Aku periksanya dulu!" Umaya berjalan ke Bapak Hasim yang sedang berada di kursi roda, kemudian dia mengangkat kaki Bapak Hasim.
"Hei, aku pernah ke beberapa rumah sakit besar, di ibu kota juga telah aku datangi, tapi semuanya tidak ada yang berhasil. Aku sudah bersiap akan membawa kursi roda ini sampai ke dalam peti mati." Kata Bapak Hasim sembari tersenyum.
Tangan Umaya diletakkan di atas kaki Bapak Hasim, dia meraba-raba sejenak, lalu tersenyum dan berkata, "Bapak Hasim, aku khawatir raja neraka juga tidak akan mengizinkan kamu untuk membawa kursi roda itu pergi ke dalam peti mati!"
"Mengapa? Apa maksudmu?" Kerumunan orang-orang itu serentak menatap Umaya.
"Penyakit kaki ini, aku bisa menyembuhkannya!" kata Umaya sembari tersenyum.
"Apa? Penyakit Hasim ini, dia bisa menyembuhkannya?"
"Yang aku lihat, dia hanyalah seorang anak muda yang tidak dapat diandalkan dalam melakukan pekerjaan, hanya bisa bicara omong kosong saja!"
"Benar, kalau sakit kaki yang diderita oleh Hasim bisa disembuhkannya, ini benar-benar suatu keajaiban."
Para orang tua itu tidak percaya sama sekali, mereka hanya peduli bermain catur, mereka bergumam perlahan.
"Bapak Hasim, aku bawa jarum, maukah Anda mencobanya?" Umaya mengeluarkan sekotak jarum akupunktur.
"Cobalah, cobalah, bagaimanapun juga kaki ini sudah mati rasa, masih takut jarum kamu?." Kata Hasim dengan suara besar. Lalu, dia mengulurkan tangannya untuk menggulung celananya.
Semua orang dapat melihat dengan jelas sepasang kaki yang sudah tua, kering dan kecil, otot-ototnya telah menyusut, tampak seperti dua potong kayu bakar.
Umaya tidak menganggapnya serius, dengan gerakan ringan jari-jarinya, jarum tersebut telah menembus berbagai titik akupunktur di betis Bapak Hasim. Dengan gerakan ringan jari-jarinya, jarum akupuntur bergetar lagi.
"Loh? Jarum ini bisa bergetar sendiri?"
Jarum tersebut tidak hanya gemetar, tetapi daging di bawah jarum juga ikut bergetar.
"Oh, kenapa berubah menjadi merah?"
"Keluar garis merah, keluar garis merah!"
Orang-orang tua itu terkejut dan berteriak.
Bapak Hasim sendiri bahkan lebih terkejut, ia tidak tahu apa yang terjadi padanya, dia tidak tahu fenomena ini baik atau buruk.
"Oh!" Bapak Hasim tiba-tiba berteriak.
"Kenapa Hasim? Apakah ada yang tidak beres?"
"Anak muda, apa kamu bisa melakukannya? Tidak sanggup, cepat keluarkan jarumnya?" Semua orang di kerumunan itu berteriak pada Umaya dengan khawatir.
Tanpa diduga, Hasim melambaikan tangannya dan berkata, "Jangan bergerak! Terasa gatal, kesemutan dan sedikit bengkak!"
"Hah? Hasim, bukankah kamu bilang kakimu sudah mati rasa? Bagaimana kamu masih bisa merasakannya?"
"Aku juga tidak tahu, tiba-tiba seperti ini. Aduh, aku sudah tidak tahan." Kedua kaki Bapak Hasim gemetar tak terkendali.
"Bapak Hasim, kamu harus bertahan, ini adalah fenomena darah sedang mengalir ke kaki, kalau kamu tidak tahan untuk melewatinya, pengobatan ini akan sia-sia." Umaya menahan kaki Bapak Hasim dan tersenyum.
"Baiklah, aku tahan, bagaimana pun juga harusku tahan." Bapak Hasim menggertakkan giginya.
Tusukan jarum Umaya kali ini membutuhkan waktu sangat lama. Setelah tinggal selama dua puluh menit penuh, dia mengeluarkan sebatang jarum.
Tepat saat jarum itu diangkat keluar dari tubuh, Hasim pun mengambil napas panjang, menghempaskan kakinya dan secara tidak sadar dia telah berdiri dari kursi rodanya dan berkata, "Oh Tuhan, rasanya sangat sakit sampai mau mati rasanya."
Namun, setelah mengucapkan kata tersebut, dia baru menyadari bahwa semua orang saat ini sedang memandangnya seolah-olah mereka telah melihat hantu. Hasim pun melihat ke bawah dan menyadari bahwa dia telah berdiri dari kursi roda. Kejutan ini bukan perkara hal kecil, dia sampai sangat ketakutan dan dengan lemasnya hampir jatuh tersungkur.
"Bapak Hasim sudah berdiri, kamu sudah baik-baik saja." Umaya berteriak.
Sekujur tubuh Hasim bergetar. Lagi pula, dia tidak jatuh, kemudian dengan ragu-ragu dia melangkahkan salah satu kakinya. Perasaan bersyukur ini sudah lama hilang.
"Sembuh, ternyata aku bisa sembuh?" Kata Bapak Hasim.
"Dokter Ajaib!"
"Ini benar-benar kelahiran kembali pengobatan tradisional!"
"Ya, kalau tidak melihatnya dengan mata kepala sendiri, siapa yang berani mempercayainya?"
"Anak muda, kamu adalah dewa!"
Semua orang tampak hormat pada Umaya. Dia tidak menyesali pujiannya dan matanya yang membara hampir meluluhkan hati Umaya.
Umaya tersenyum, dia melambaikan tangannya dan berkata, "Semuanya, bukankah kita juga harus tetap percaya pada pengobatan tradisional?"
"Ya, ya, pengobatan tradisional atau bagaimana mengatakannya, itu adalah hal baik yang ditinggalkan oleh para leluhur kita, bukan? Ini benar-benar ajaib!" Kata suara yang sama berasal dari kerumunan.
Umaya yang tampak puas, kemudian melambaikan tangannya pada kerumunan tersebut, "Baiklah, kalau nantinya ada masalah penyakit apapun, pergilah ke Pusat Pengobatan Tradisional Wawasan. Aku jalan dulu, aku harus kembali memasak untuk bos."
Umaya kembali ke Pusat Pengobatan Tradisional Wawasan. Kuncara pun dengan pandangan dingin menatap Umaya dengan marah, "Aku pikir kamu memang benar-benar dapat menemukan pasien yang akan datang kemari, tapi sungguh tidak kuduga, kamu malah asyik bermain catur? Sial, sepertinya aku bahkan tidak akan bisa mendapatkan uangku kembali untuk ramuan yang telah kamu ambil semalam."
Umaya mengabaikan perkataannya dan datang ke dapur sendirian.
Di meja dapur, ada bahan-bahan yang telah disiapkan sejak tadi. Umaya menggulung lengan bajunya, memasak ayam kukus obat, menumis sayuran hijau, lalu menanak dua mangkuk nasi.
Untuk sementara waktu, dapur penuh dengan berbagai aroma masakan.
Kuncara menghirup aroma tersebut dan berkata, "Apa yang kamu lakukan? Mengapa begitu harum? "
"Jangan sia-siakan hidungmu, tolong siapkan alat makan." Kata Umaya pada Kuncara sembari menyajikan makanan.
Hidung Kuncara tampak kembang kempis. Akhirnya, ketika Umaya berbalik, dia mengulurkan tangannya dan mengambil sepotong ayam dan memasukkannya ke dalam mulutnya.
"Ummm, ummm, ini lezat, ini sungguh lezat!" Tidak peduli bahwa mulutnya terasa panas tak tertahankan, Kuncara tetap memakannya sampai hampir menelan lidahnya sendiri.
Umaya memandang penampilan Kuncara yang mirip serigala itu, hatinya tersenyum.
Konyol, dengan kultivasi Umaya sebagai master ahli alkimia, tidak terlalu mudah untuk memasak hidangan, membuat hidangan baginya sangat mudah. Kapan harus memasukkan bahan apa ke dalam panci sup, Umaya yang paling memahami hal itu. Dia tidak hanya membuat ayam kukus obat yang rasanya enak, tetapi juga sepenuhnya memberikan efek pengobatan dan ramuan obat tradisional. Semangkok panci sup ini dapat memelihara energi positif dan melancarkan peredaran darah. Efek obat yang terkandung di dalamnya cukup untuk memulihkan diri dari penyakit serius, sehingga pasien dapat segera kembali normal.
Kuncara tidak tahu akan keindahan ini, hanya saja kelezatannya cukup untuk membuatnya merasa seperti hantu kelaparan, dia mulai makan dengan liar, "Baiklah, anak muda, aku tidak menyangka masakanmu begitu lezat. Sepertinya, 1,6 juta per bulan gajimu juga tidaklah sia-sia."
Umaya sendiri juga makan semangkuk nasi, dia makan dengan hati-hati.
Namun, sebelum keduanya selesai makan siang, sejumlah besar orang yang tampak bersemangat telah berada di depan klinik.
