Bab 7
Kuncara sungguh terkejut, dengan enggan meletakkan mangkuk nasi itu dan berlari menghampiri lalu berkata, ""Ada apa, para tetangga?"
Namun, para tetangga itu mengabaikannya dan justru malah menghampiri Umaya, "Dok, bantu aku, lihat kakiku, kakiku ...."
"Dok, pingganggku sakit ...."
"Dok, ginjalku tidak bagus!"
Semua orang bergemuruh dan sebuah harapan tampak ada di wajah mereka.
Umaya meletakkan sumpitnya, dia tersenyum dan berkata, "Baiklah, para tetangga, tolong mengantre, tunggu sampai aku selesai makan, setelah itu aku akan memeriksa kalian satu per satu."
Kuncara benar-benar kebingungan, dia menggerakkan kaki pendek kecilnya untuk bergegas menghampiri dan berkata, "Apa yang terjadi? Aku dokter Pusat Pengobatan Tradisional Wawasan!"
"Kuncara, meskipun keterampilan medismu tidak begitu baik, kamu telah menemukan mitra bisnis yang baik. Dia membantu Bapak Hasim, setelah beberapa tusukan bisa berdiri dan berjalan." Seorang lelaki tua yang bermain catur bersama di pagi hari berkata pada Kuncara dengan penuh semangat.
"Apa? Sekarang Bapak Hasim sudah bisa berjalan? Dia yang menyembuhkannya?" Kuncara tidak mempercayai telinganya.
"Tidak percaya, bukan? Meskipun kalian memukuli aku sampai mati, kalau tidak dengan mata kepala sendiri aku melihatnya, aku tidak akan percaya!" Beberapa orang tua itu mulai bergemuruh.
Saat mereka berbicara seperti itu, klinik kedatangan beberapa orang kembali dan salah satunya adalah Bapak Hasim.
Dengan bantuan salah seorang keluarganya, Bapak Hasim masuk ke dalam klinik, dia berkata pada Umaya dengan gemetar, "Dok, terima kasih, tadi aku belum sempat untuk mengucapkan terima kasih padamu."
"Dok, aku sungguh tidak menduga kamu dapat menyembuhkan kaki Ayahku ini hanya dengan beberapa tusukan jarum. Saat Ayahku berjalan pulang sendirian, kami hampir mati tidak percaya. Kamu memang benar-benar dokter ajaib." Kata putra Bapak Hasim sembari menyerahkan kain sutra dan amplop tebal, "Ini ada sedikit hadiah, jangan lihat dari nilainya, tolong terimalah."
Pandangan mata Kuncara menjadi berkilauan saat melihat amplop tebal tersebut, dia bergegas mengulurkan tangannya secepat kilat, lalu tersenyum dan berkata, "Bagus, terima kasih, aku akan menerimanya."
Hati keluarga Bapak Hasim saat ini penuh dengan rasa terima kasih kepada Umaya, mereka benar-benar bersyukur pada Umaya, bahkan Kuncara yang serakah akan uang saja diabaikan oleh mereka.
Umaya bangkit berdiri dan berkata, "Ini kerja keras semua orang, jangan sungkan, aku hanya berharap semua orang bisa mendapatkan kembali kepercayaan mereka pada pengobatan tradisional di masa depan."
"Tentu saja. Siapa yang berani tidak percaya saat Hasim turun dari kursi roda?" Jawab lelaki besar itu dengan meyakinkan.
Umaya tersenyum dan duduk di tempat Kuncara biasanya memeriksa pasien dan berkata, "Kemarilah, sakit apa yang kalian semua miliki, langsung katakan saja padaku."
Semua tetangga dengan raut wajah bahagia mulai berbaris dan berdiri dengan hormat di hadapan Umaya.
"Dokter, perutku..."
"Kamu memiliki limpa dan lambung dingin. Saat kamu masih muda pernah kemasukan angin. Ini tidak perlu tusuk jarum, obat ini, masaklah dalam api kecil, tiga mangkuk menjadi satu mangkuk, satu hari satu dosis, tiga hari kemudian kamu akan sembuh!" Begitu Umaya memeriksa nadinya, dia dengan mudah mengatakan apa yang diderita oleh para pasien. Hal ini yang membuat semua orang yang hadir di sana tercengang.
Sesorean, Umaya duduk di klinik sudah melihat pasien yang jumlahnya 30 lebih.
Semua orang diberitahu penyebab dan gejala penyakitnya oleh Umaya dengan sangat teliti. Baik penyembuhannya menggunakan jarum atau obat, para pasien pasti pulang dengan puas.
Semua orang tidak sabar untuk menyebarkan berita ini ke orang-orang sekitar, semua mengatakan bahwa Pusat Pengobatan Tradisonal Wawasan kedatangan seorang dokter ajaib.
Kuncara melihat tumpukan uang kertas yang masuk ke dalam rekening. Rasanya bagaikan mimpi, apalagi ketika dia memeriksa secara diam-diam, ada 20 juta di dalam amplop yang diberikan oleh Bapak Hasim. Hidung Kuncara sampai kembang kempis dibuatnya.
Adegan Pusat Pengobatan Tradisional Wawasan yang ramai hanya muncul dalam ingatan masa kecil Kuncara, hal ini tetap menjadi mimpi Kuncara selama bertahun-tahun. Adegan hari ini membangkitkan ingatannya tersebut, sampai-sampai rasanya Kuncara ingin menangis. Dengan kakinya yang gemuk pendek, Kuncara berinisiatif bertindak sebagai asisten Umaya. Dia mengambil obat, merebus obat dan menyajikan teh atau air.
Ketika Alika kembali dari sekolah, dia bahkan lebih terkejut, tetapi dia juga menangis karena kegirangan.
Saat ini Umaya tidak memiliki niat hati lainnya selain menyembuhkan penyakit dan menyelamatkan orang lain. Setelah mengumpulkan banyak kebajikan, lautan kesadaran pun mengalir. Selama otak mampu menyimpan berbagai macam wawasan dan pengetahuan, kita dapat membuka tungku untuk memurnikan ramuan tingkat rendah dan kecepatan untuk berkultivasi pasti akan meningkat pesat. Umaya sangat menantikannya, karena dengan dia memeriksa segala macam pasien tersebut, dia dapat meningkatkan pengetahuannya.
Sampai pukul lima sore pun, tetap masih ada pasien yang menunggu. Namun, tiba-tiba Umaya bangkit berdiri, dia ingin mengakhiri pekerjaan hari itu, semuanya memiliki bagiannya masing-masing, ini adalah kebiasaan yang melekat pada Umaya sebagai biksu.
Meskipun para pasien merasa kecewa, tetapi mereka juga memahami bahwa masih ada hari esok.
Kuncara menghitung pendapatannya hari itu, sudut mulutnya menyeringai, "Umaya, ayo, malam ini kita minum-minum. Alika, keluarkan arak putihku."
"Wah, Ayah, kamu benar-benar girang hari ini." Alika dengan bahagia pergi dan mengambil arak tersebut.
Namun, belum juga berjalan jauh, pintu klinik sudah ditendang terbuka.
Ada tiga orang pemuda yang meneobos masuk ke dalam.
"Bagaimana Kuncara? Tambahkan gelasnya jadi 2? Sepertinya kamu sedang banyak uang, bukan?" Pria botak pertama berjalan ke Kuncara dengan tusuk gigi di mulutnya. Dia meletakkan satu kakinya di kursi dan berkata dengan mulut melengkung.
"Oh, Bang Hesti, mengapa kamu bisa sampai datang kemari? Bang Hesti bercanda, apakah kamu tidak tahu kalau klinik yang aku miliki ini adalah klinik kecil, bagaimana bisa menghasilkan uang? Tuan-tuan hanya membual." Kata Kuncara bergegas menghampiri mereka dengan mengangguk-anggukkan kepala.
"Sial, Kuncara, apakah kamu menganggap kami semua ini buta? Sore ini saja kamu telah menerima berapa banyak pasien? Beraninya kamu menipuku?" Hesti memaki, "Bang Lutfan telah mengatakan bahwa mulai bulan ini, biaya keamanan akan meningkat."
"Jangan, Bang Hesti, ini semua bisnis kecil ...." Kata Kuncara sembari menangis.
"Sial, jangan bersikap miskin di hadapanku, tidak punya uang, hah? Bukankah Bang Luftan juga sudah katakan? Panggil anakmu untuk menemani Bang Luftan, dengan begitu biaya keamanan Jalan Parakan Resik akan aku gratiskan." Seperti yang dikatakan Hesti, dia berjalan ke arah Alika dan mulai mengulurkan tangannya untuk menyentuh wajah Alika.
Namun, belum sempat sampai ke hadapan Alika, ada sebuah tangan yang menangkap lengan Hesti lebih dulu.
Hesti memutar kepalanya dan melihat Umaya yang kurus dengan mulut tipis. Hesti meludahkan tusuk gigi yang ada di mulutnya, dengan tidak sopan mencibir dan berkata, "Lepaskan! Aku beri kamu 2 hitungan. Satu, dua ...."
